Kamis, 19 Februari 2015

Al Quran: Keutamaan, kedudukan dan posisinya sebagai sumber syariat Islam.

Alquran adalah firman Allah. Muncul dari zat-Nya dalam bentuk perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Alquran adalah firman Allah dengan sebenarnya. Bukan ciptaan-Nya, seperti layaknya perkataan makhluk, barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan manusia, maka ia telah kafir.

Allah swt. memberikan sifat kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: "Dan sesungguhnya Alquran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji". (Fushshilat: 41-42) Di dalam ayat yang lain Allah juga mensifatinya dengan firman-Nya: "(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu". (Huud: 1).

Sungguh ayat-ayat Alquran ini sangat cermat dan teliti, jelas dan terperinci, yang telah ditetapkan oleh yang Maha Bijaksana, dan yang telah diuraikan oleh yang Maha Tahu. Kitab ini akan terus menjadi mukjizat dari segi keindahan bahasa, syariat, ilmu pengetahuan, sejarah dan lain sebagainya. Sampai Allah mengambil kembali bumi dan yang ada di dalamnya, tidak akan terdapat sedikitpun penyelewengan dan perobahan terhadapnya, sebagai bukti akan kebenaran firman Allah: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr: 9).

Dunia secara keseluruhan belum pernah memperoleh sebuah kitab seperti Al Quran yang mulia ini, yang mencakup segala kebaikan, dan memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus, serta mencakup semua hal yang akan membahagiakan manusia. Allah berfirman: "Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar". (Al-Israa,: 9).

Alquran ini diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan, menuju cahaya. Allah berfirman: "(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (Ibrahim: 1).

Dengan Alquran, Allah telah membukakan mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang lalai. Bila dibaca dengan benar, dipahami setiap surat dan ayat-ayatnya, dipahami secara mendalam setiap kalimat dan kata-katanya, tidak keluar dari batas-batasnya, melaksanakan perintah-perintah yang ada di dalamnya, menjauhi larangan-larangan, berakhlak dengan apa yang disyariatkan, dan menerapkan prinsip-prinsip dan nilai terhadap dirinya, keluarga dan masyarakatnya, maka akan menjadikan umat Islam merasa aman, tenteram dan bahagia di dunia dan akhirat. Allah berfirman: "Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya". (Al-Baqarah: 121).

Ibnu Abbas berkata: "Mereka mengikutinya dengan sebenarnya, menghalalkan yang telah dihalalkan dan mengharamkan yang telah diharamkan serta tidak menyelewengkannya dari yang semestinya". Dan Qatadah berkata: "Mereka itu adalah sahabat-sahabat Muhammad saw. Beriman kepada kitab Allah, lalu membenarkannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram serta melaksanakan apa yang ada di dalamnya"

Makhluk jin sangat terkesan sekali tatkala mendengarkan bacaan Alquran; hati mereka dipenuhi dengan kecintaan dan penghargaan terhadapnya, dan mereka bersegera mengajak kaumnya untuk mengikutinya, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak".(Jin: 1-3). Allah telah bercerita tentang mereka dalam Al Quran: "Mereka berkata: Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih".(Al-Ahqaf: 30-31).

Oleh karenanya, kitab yang mulia ini mengungguli kitab-kitab samawi sebelumnya. Dan kedudukannya pun di atas kitab-kitab itu. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Alquran itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah".(Az-Zukhruf: 4). Dan firman Allah dalam ayat yang lain: "Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu". (Al-Ma,idah: 48)

Para ulama tafsir berkata: "Al Quran lebih unggul dari kitab-kitab samawi lainnya sekalipun semuanya turun dari Allah, dengan beberapa hal, diantaranya: jumlah suratnya lebih banyak dari yang ada pada semua kitab-kitab yang lain. Telah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi kita Muhammad saw. diberi kekhususan dengan surat Al-Faatihah dan penutup surat Al-Baqarah. Di dalam Musnad Ad Darimi disebutkan, dari Abdullah bin Masud ra. ia berkata: "Sesungguhnya Assab,uthiwal (Tujuh surat panjang dalam Alquran; Al-Baqarah, Ali ,Imran, An-Nisaa,, Al-A,raaf, Al-An,aam, Al-Maa-idah dan Yunus) sama seperti taurat, Al-Mi,in (Surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti Hud, Yusuf, Mu,min dan lain sebagainya) sama seperti Zabur dan Al-Matsani (Surat-surat yang berisi kurang dari seratus ayat. Seperti, Al-Anfaal, Al-Hijr dan lain sebagainya) sama dengan kitab Zabur. Dan sisanya merupakan tambahan". Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani, dari Wasilah bin Al-Asqa,, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Telah diturunkan kepadaku Assab,uthiwal sebagai ganti yang ada pada Taurat. Diturunkan kepadaku Al Miin sebagai ganti yang ada pada Zabur. Diturunkan kepadaku Al Matsani sebagai ganti yang ada pada Injil, dan aku diberi tambahan dengan Al Mufashshal (surat-surat pendek).

Assab,uthiwal, adalah dari awal surat Al-Baqarah hingga akhir surat Al-A,raaf, yang berjumlah enam surat. Para ulama berselisih pendapat tentang surat yang ke tujuh; Apakah surat Al-Anfaal dan Al-Bara,ah sekaligus karena antara keduanya tidak dipisah dengan bismillah, maka dianggap satu surat, atau surat Yunus? "Al-Mi,un" yaitu surat-surat yang ayatnya sekitar atau lebih dari seratus. "Matsani" yaitu; surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah seratus. Dinamakan demikian karena ayat-ayatnya berulang-ulang melebihi yang ada pada surat-surat yang terhimpun dalam sab,uthiwal dan mi,un. Sedangkan yang dimaksud dengan "Al-mufashal", adalah surat-surat yang lebih pendek dari surat-surat dalam Al-Matsani. Para ulama berselisih pendapat tentang awal dari surat-surat itu; Ada yang berpendapat bahwa Al-Mufashal bermula dari awal surat Ash-Shaffaat, pendapat lain mengatakan, diawali dari surat Al-Fat-h, dan yang lainnya berpendapat, dari surat Al-Hujuraat, dan ada juga yang berpendapat, dari surat Qaaf. Pendapat ini dibenarkan oleh Al-Hafiz Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar. Ada pula pendapat selain yang disebut di atas. Namun demikian para ulama sepakat bahwa akhir dari Mufashal adalah surat terakhir dalam Alquran.

Diantara keunggulan Al Quran juga, bahwa Allah menjadikan gaya bahasanya mengandung mukjizat, sekalipun kitab-kitab lain juga mengandung mukjizat dari segi pemberitaan tentang yang gaib dan hukum-hukum, namun gaya bahasanya biasa-biasa saja, maka dari segi ini Al Quran lebih unggul. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah: "Dan sesungguhnya Alquran itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah". (Az-Zukhruf:4) Dan firman Allah: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia".(Ali ,Imran:110). Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya, Fadhailul Quran (keutamaan-keutamaan Al Quran) halaman:102-123, mengatakan: "Hal ini mereka raih berkat Al Quran yang agung, yang mana Allah telah memuliakannya dari semua kitab yang pernah diturunkan-Nya, dan Dia jadikan sebagai batu ujian, penghapus dan penutup bagi kitab-kitab sebelumnya, karena semua kitab terdahulu diturunkan ke bumi dengan sekaligus, sedangkan Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang terjadi, demi untuk menjaganya dan menghargai orang yang diberi wahyu. Setiap kali ayat Alquran turun, seperti keadaan turunnya kitab-kitab sebelumnya".

Kitab yang mulia ini telah mengungkap banyak sekali kebenaran ilmiah kosmos, dalam ayat-ayat yang membuktikan wujud Allah, kekuasaan dan keesaan-Nya. Allah berfirman: "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman"? (Al-Anbiyaa,:30). Al Quran juga menganjurkan agar memanfaatkan apa yang dapat ditangkap oleh indra mata dalam kehidupan sehari-sehari dari ciptaan Allah, sebagaimana difirmankan: "Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi".(Yunus:101). Dan Allah berfirman: "Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya". Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.(Al-Jaatsiah:13).

Kaum muslimin hendaknya mempelajari ilmu-ilmu alam, serta menikmati manfaat dari kekuatan-kekuatan yang tersimpan di langit dan bumi.

Sesungguhnya pembicaraan tentang Al Quran tidak akan ada habis-habisnya. Al Quranlah yang menganjurkan kaum muslimin untuk bersikap adil dan bermusyawarah, dan menanamkan kepada mereka kebencian terhadap kezaliman dan tindakan semena-mena. Syiar para pemeluknya adalah kekuatan iman, tidak sombong, solidaritas dan bersikap kasih sayang antara sesama mereka.

Hendaknya kita hidup dengan Alquran, membaca, memahami, mengamalkan dan menghafal. Hidup dengan Alquran adalah perbuatan yang paling terpuji, yang patut dilakukan oleh orang mukmin. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri".(Faathir:29-30).

Dalam dua ayat tersebut di atas, Allah menganjurkan bagi orang-orang yang membaca Alquran agar disertai dengan perenungan, sehingga akan menimbulkan pengetahuan yang pada gilirannya akan menimbulkan pengaruh. Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh membaca Alquran adalah melaksanakan dalam bentuk perbuatan.

Oleh karena itu Allah iringi amalan membaca Al Quran dengan mendirikan salat, menafkahkan sebagian rezki yang dikarunia Allah secara diam-diam dan terang-terangan, kemudian dengan demikian orang-orang yang membaca Al Quran itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Mereka mengetahui bahwa karunia Allah lebih baik dari apa yang mereka infakkan. Oleh karena mereka mengadakan perniagaan di mana Allah menambahkan karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih, mengampuni kelalaian, dan berterima kasih atas pelaksanaan tugas.

Oleh karena itu kita harus selalu membaca Alquran dengan perenungan dan kesadaran, sehingga dapat memahami Alquran secara mendalam. Bila seorang pembaca Alquran menemukan kalimat yang belum dipahami, hendaknya bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan. Allah berfirman: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui".(An-Nahl:43). Mempelajari Alquran sangat diperlukan. Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasul saw. bersabda: "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barang siapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya. (Diriwayatkan oleh Muslim, 2699). Sabda Rasul dalam hadis ini, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah", "Rumah" di sini bukanlah batas, terbukti dengan sebuah hadis riwayat Muslim yang lain yang mengatakan: "Tidaklah suatu kaum berzikir kepada Allah, melainkan akan diliputi oleh para malaikat...." Jika berkumpul di tempat lain, selain rumah Allah (mesjid) maka bagi mereka keutamaan yang sama dengan mereka yang berkumpul di mesjid. Pembatasan "di rumah Allah" dalam hadis di atas, hanyalah karena seringnya tempat itu dijadikan tempat berkumpul, akan tetapi tidak ada keharusan; Berkumpul untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat Alquran dan kandungan hukumnya, di mana pun tempatnya akan mendapatkan keutamaan yang sama. Adapun jika berkumpul untuk belajar di mesjid lebih utama, hal itu dikarenakan mesjid mempunyai keistimewaan dan kekhususan yang tidak dimiliki oleh tempat yang lain.
Diriwayatkan oleh ibnu Masud ra. ia berkata, Rasul saw. bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran, maka ia akan memperoleh kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah huruf, Lam huruf, dan Mim huruf. (H. R. Tirmizi. Nomor:3075).

Dari Usman bin Affan ra. dari Nabi saw. ia bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain".(Bukhari). Nomor:4739). Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah saw. bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain". Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: "Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini".

Al hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah saw. "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain. Allah berfirman: "Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan".(An-Nahl:88).

Sebagaimana firman Allah: "Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Alquran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya" (Al-An,aam:158). Penafsiran yang paling benar dalam ayat ini, dari dua penafsiran ahli tafsir adalah bahwa, mereka melarang orang-orang untuk mengikuti Alquran, sementara mereka sendiri pun menjauhkan diri darinya. Mereka menggabungkan antara kebohongan dan berpaling, sebagaimana firman Allah: "Atau agar kamu (tidak) mengatakan: "Maka siapakah yang lebih lalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya?(Al-An,aam:157). Beginilah perihal orang-orang kafir yang jahat, sedangkan orang-orang mukmin yang baik dan pilihan selalu menyempurnakan dirinya dan berusaha menyempurnakan orang lain, sebagaimana tersebut dalam hadis di atas. Allah berfirman: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".(Fushilat:33) Ayat ini menggabungkan antara seruan kepada Allah, baik dengan azan atau yang lainnya, seperti mengajarkan Alquran, hadis, fikih dan lainnya yang mengacu kepada keridaan Allah. dan dengan perbuatan saleh, dan juga berkata dengan ucapan yang baik].

Rahmat Allah akan dilimpahkan kepada orang-orang yang membaca Alquran dan mereka yang menegakkan hukumnya, juga mencakup orang-orang yang mendengarkan bacaannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mengerjakan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia".(Al-Anfaal:2-4)

Dari Abdullah Ibnu Masud ra. ia berkata, Rasul saw. berkata kepadaku: 430 - Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah! Aku harus membacakan Alquran kepada Anda, sedangkan kepada Andalah Alquran itu diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Aku lalu bacakan surat An Nisaa,. Ketika sampai pada firman yang berbunyi: ???????? ????C ??????C ???? ????? ?????E? E?O????I? ????????C E??? ????? ??????C?? O????I?C (Maka bagaimanakah "halnya orang kafir nanti", jika Kami mendatangkan seorang saksi "rasul" dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu "Muhammad" sebagai saksi atas mereka itu "umatmu"). Beliau berkata: "Cukup", lalu aku menoleh kepada beliau, tiba-tiba aku lihat beliau mencucurkan air mata. (H.R. Bukhari nomor:4582, Muslim nomor:800 dan Abu Daud Nomor:3668).

Imam Nawawi berkomentar: [Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri].

Setiap orang muslim hendaknya tahu akan hak-hak Alquran; menjaga kesuciannya, komitmen terhadap batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama saat mendengarkan bacaannya, dan meneladani para salaf (pendahulu) saleh dalam membaca dan mendengarkannya. Sungguh mereka itu bagaikan matahari yang menerangi dan dapat diteladani dalam kekhusyukan yang sempurna dan meresapi, mengimani firman Allah: "Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas".(Asy-Syu,ara:192-195).

Memang benar adanya, bahwa Alquran, baik lafal maupun makna adalah firman Allah, yang merupakan sistem dari langit untuk seluruh makhluk, khususnya manusia. Selain itu ia merupakan rujukan utama perkara-perkara agama dan sandaran hukum. Hukum-hukum yang ada di dalamnya tidaklah diturunkan sekaligus, akan tetapi diturunkan secara berangsur selama masa kerasulan; ada yang turun untuk menguatkan dan memperkokoh pendirian Nabi saw., ada yang turun mendidik umat yang baru saja tumbuh dan ada pula yang diturunkan oleh karena peristiwa keseharian yang dialami oleh umat Islam di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Setiap kali ada peristiwa, turunlah ayat Alquran yang sesuai dan menjelaskan hukum Allah atas peristiwa itu. Di antaranya adalah kasus-kasus dan peristiwa yang terjadi pada masyarakat Islam, pada masa pensyariatan hukum, di mana umat Islam ingin mengetahui hukumnya, maka turunlah ayat yang menjelaskan hukum Allah, seperti larangan minuman keras.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasul saw. datang ke Madinah dan mendapati orang-orang meminum minuman keras, dan makan dari hasil berjudi. Lalu mereka bertanya kepada Rasul saw. tentang masalah itu, maka Allah menurunkan ayat: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".(Al-Baqarah:219) Lalu orang-orang berkata: "Tidak diharamkan, hanya saja pada keduanya dosa yang besar". Selanjutnya mereka masih juga banyak yang minum khamar (minuman keras), sampai pada suatu hari, seorang dari Kaum Muhajirin mengimami sahabat-sahabatnya pada salat Magrib. Bacaannya campur aduk antara satu dengan yang lain, sehingga Allah menurunkan ayat Alquran yang lebih keras dari ayat sebelumnya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan".(An-Nisaa,:43). Akan tetapi, Orang-orang masih juga banyak yang meminum minuman keras, hingga salah seorang melakukan salat dalam keadaan mabuk. Lalu turunlah ayat Alquran yang lebih keras lagi: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan".(Al-Maa-idah:90).

Mereka berkata: "Kami tidak akan melakukannya lagi wahai Tuhan!" Lalu orang-orang berkata: "Wahai Rasulullah banyak orang yang terbunuh di jalan Allah, atau mati di atas kasurnya, padahal mereka telah meminum khamar dan makan dari hasil perjudian, sedangkan Allah telah menjadikan keduanya, najis yang merupakan perbuatan setan". Maka turunlah ayat: "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebaikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan".(Al-Maa-idah:93) Nabi bersabda: "Jika diharamkan atas mereka sebelumnya, niscaya mereka akan meninggalkannya sebagaimana halnya kalian meninggalkan.(Musnad Ahmad 2/251 dan 252). Dalam sahih Bukhari, hadis nomor:4620, disebutkan, dari Anas bin Malik ra. ia berkata: "Dulu aku pernah jadi penyuguh minuman (khamar) di rumah Abu Thalhah, dan turunlah ayat pengharaman minuman keras. Lalu diutuslah seseorang untuk menyerukan larangan ini. Abu Thalhah berkata, "Keluarlah dan lihat suara apakah itu". Lalu aku keluar, dan aku berkata: "Sungguh minuman keras telah diharamkan". Ia berkata kepadaku: "Pergi, dan tumpahkanlah". Anas berkata: "Aku pun keluar dan menuangkannya. Saat itu khamar mengalir di jalan-jalan Madinah." Anas berkata: "Jenis khamar pada saat itu adalah yang terbuat dari kurma." Sebagian orang berkata: "Telah banyak yang terbunuh, sedangkan minuman itu ada di dalam perut mereka". Ia berkata, lalu turunlah ayat: "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu".

Dari yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa larangan meminum khamar (minuman keras)terjadi dalam tiga tahap, yaitu ketika turun surat Al-Baqarah: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

Ayat ini mengandung larangan meminum minuman keras dengan cara yang halus. Maka yang meninggalkannya ketika itu hanya sekelompok orang yang tingkat ketakwaan mereka sangat tinggi. Umar ra. berkata, Ya Allah, berikanlah penjelasan yang terang tentang hukum meminum minuman keras. Lalu turunlah ayat yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan". Lalu umat Islam menghindari untuk meminumnya pada waktu-waktu mendekati salat. Umar ra. berkata, Ya Allah, berikanlah penjelasan yang terang tentang minuman keras. Maka turunlah surat Al-Maa-idah: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan, Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Saat itulah ketika diserukan dan dibacakan ayat ini, Umar ra. berkata, "Kami berhenti (dari melakukannya)". Demikianlah proses pensyariatan yang bertahap, di mana Allah menyucikan umat Islam dari adat istiadat yang bertentangan dengan sistem Islam, dan melengkapi mereka dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: pemaaf, penyabar, kasih sayang, jujur, menghormati tetangga, berlaku adil dan perbuatan baik yang lain.

Hanya Allah semata yang menetapkan syariat untuk para hambanya. Allah berfirman: "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik" (Al-An,am:57). Syariat itu ditetapkan tiada lain kecuali hanya untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia, baik hikmah yang terkandung di dalamnya tampak atau pun tidak. Alquran adalah sumber pertama syariat.

Adapun sumber kedua adalah sunah, dan tidak ada perselisihan antara para ulama bahwa sunah merupakan hujah dalam syariat di samping Alquran. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".(An-Nisaa,:59). Dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka".(An-Nahl:44). Dan firman Allah: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah".(Al-Hasyr:7) Imam Ibnu Qayimil Jauziah dalam bukunya "A,lamul Muwaqqi,in ,An Rabil Alamin", halaman, 263, menjelaskan tentang peran sunah terhadap Alquran, ia berkata: "Peran sunah terhadap Alquran ada tiga: Pertama: Mempunyai maksud sama dengan Alquran dilihat dari semua segi. Sehingga masing-masing ayat Alquran dan hadis Nabi yang sama-sama menunjukkan kepada hukum yang sama termasuk dalam kategori suatu yang hukum mempunyai lebih dari satu dalil. Kedua: Menjelaskan maksud dari Alquran dan penafsirannya. Ketiga: Menetapkan suatu hukum, wajib atau haram, yang tidak ada terdapat dalam Al Quran. Peran itu tidak keluar dari tiga hal ini dan tidak ada pertentangan sama sekali antara Alquran dan sunah.

Oleh karenanya, sunah menegaskan suatu hukum dari Alquran, kadang kala ia menafsirkan teks Alquran atau menguraikan hukum yang dijelaskan secara ringkas dalam Alquran, bahkan juga menetapkan suatu hukum yang tidak disebutkan dalam Alquran. Namun demikian sunah tidak menetapkan sebuah hukum, kecuali bila di dalam Alquran tidak diketemukan hukum yang dimaksud. Sunahlah yang menjelaskan kepada kita -umat Islam- bahwa salat yang diwajibkan adalah lima kali sehari semalam, darinya juga diketahui jumlah rakaat dalam salat dan rukun-rukunnya, menjelaskan hakikat zakat, dan ke mana disalurkan serta berapa nisabnya. Dan sunah juga yang menjelaskan kepada kita cara-cara haji dan umrah, dan bahwa ibadah haji hanya wajib sekali dalam seumur hidup, dan ia pula yang menerangkan tentang miqat-miqat haji, zamani dan makani (waktu dan tempat) dan jumlah putaran tawaf.

Maka bagi mereka yang hanya berpegang terhadap Alquran dengan meninggalkan sunah, hendaknya segera memperbaharui keimanannya dan segera kembali kepada Allah swt. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.(Thaha:82).

Alquran dan Sunah, kedua-duanya merupakan wahyu Allah kepada Rasul-Nya, dan dua sumber syariat Islam yang mengembalikan manusia pada fitrahnya, dan menjadikan manusia mengetahui jalan hidupnya. Allah berfirman: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk".(Al-A,raaf:43).





Sekalipun Ada Suatu Kaum yang Dibinasakan / Azab Tidak Membuat Mereka Beriman

Hikmah dan Sebab Orang yang Allah Sesatkan

Ada sebagian kafirin yang menghujat  firman Allah. Mereka tidak mencerna dan memahami terlebih dahulu isi kandungan Quran namun mereka terburu-buru menutup hatinya dari memahami ajaran Islam. Karena yang terjadi banyak ayat yang mereka gunakan untuk menyerang Islam sebenarnya maksud ayat Allah tersebut lebih ditunjukan kepada mereka. Mereka gegabah, karena sudah terbakar nafsu kebencian terhadap Islam. Akibatnya membuat mereka sulit untuk memahami Quran dengan hati yang lapang dan pemikiran terbuka. Tanpa mendalami lebih jauh ayat Allah, mereka langsung menyimpulkan bahwa Allah umat Islam iblis karena cuman Iblis yang menyesatkan, nauzubillah. Padahal yang menyebabkan Allah menyesatkan kaum kufar lantaran mereka sendiri telah memilih jalan kesesatan. Maka mari simak dengan baik surat al A’raf ayat 146-147 dibawah ini.

"Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tapi jika melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikan adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya. Dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda (keuasaan) Kami dan (mendustakan) adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan"(QS. al-A’raf 7:146-147).

Jadi penyebab utama Allah menyesatkan kaum kufar karena kesombongan dan pendustaan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah. Alllah tidak menyukai kesesatan pada hambanya, namun semua kembali kepada hambanya apakah akan mengambil petunjuk-Nya atau mengingkari petunjuk-Nya. Ketika manusia memilih jalan kesesatan saat itu juga dirinya mendapat akibat lansung (hukuman) berupa dadanya dijadikan sesak dan sempit. Semua terjadi sampai manusia memilih jalan petunjuk-Nya. Jadi kufur terhadap ayat Allah itu menjadikan dirinya tersiksa dengan dijadikan dadanya sempit dan sesak. Karena ayat Allah petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman. Sebagaimana firman-Nya:
Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah, Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang mendaki langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang tidak beriman (QS. al-An'am 6:125).

Rasullah menjelaskan tentang arti kesombongan dalam sabdanya:

Kesombongan itu sikap menolak kebenaran dan melecehkan orang lain. (HR. Muslim).

Adapun kebalikan kesesatan akibat kesombongan adalah orang beriman dan berakal.

"Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman QS. al-Ar’af 7:52).

Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran KECUALI ORANG-ORANG yang MEMPUNYAI AKAL SEHAT (QS. al-Baqarah 2:269).

Orang yang dapat menerima pengetahuan dan petunjuk Allah adalah orang betriman, karena mereka mau menggunakan akal sehat yang mereka miliki. Dalam Islam: rasional, emosional dan spiritualitas saling berkaiatan. Bukan sikap seorang Muslim ketika berbicara Tuhan mengabaikan akal, ketika menggunakan akal digunakan untuk mendikte Tuhan. Karena orang berakal (ulul albab) dalam Islam adalah orang yang mengunakan akal sebagai bentuk ketundukan kepada petunjuk-Nya. Serta mengunakan akal untuk melihat kebenaranpetunjuk-Nya di jagad raya, serta menggunakan akal untuk mencari hikmah petunjuk Allah swt.

Sebagai mana dijelaskan dalam firman-Nya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran 3:190-191).

A.  Penyebab Awal Terjadinya Kesesatan

Penyebab kaum kufar tersesat dari petunjuk berawal dari keengganan mereka menggunakan akal untuk mendalami ayat-Nya. Ada pun penyebab seseorang tidak menggunakan akalnya untuk memahami petunjuk-Nya adalah:

1.      Karena Mengikuti Hawa Nafsu

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang rnengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepadaorang-orang yang zalim ". (QS. Al-Qashash 28:50).

Kemudian dari mengikuti hawa nafsu tersebut membuat mereka mengikuti jalan setan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya dalam AL A’RAF 7:146-147 diatas, kemudian mereka menyombongkan diri (menolak kebenaran) karena mereka lebih memilih kesenang dunia. Mereka sudah mendengar petunjuk Allah melalui para pengikut nabilullah atau bahkan dengan Rasullah secara langsung, namun seruan tersebut bagi mereka sebagai halangan kesenangan yang mereka lakukan. Karena ketika berbicara nafsu, larinya kepada kesenangan dunia, kenikmatan syahwat makanan, seks, kemegaahan, jabatan dan popularitas dunia. Meraka merasa dihalangi, marah kemudian muncul penolakan.

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shad 38:26).

Secara gamblang Allah mewanti-wanti hambanya agar tidak mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan hambanya dari petujuk Allah. Kemudian dijelaskan pula dalam Al-A’raf 7: 175-176 awal dari mengikuti hawa nafsu adalah berawal dari berlepas diri dari ayat Allah, lalu menjadi peluang setan untuk menggoda. Ditambah iman lemah lantaran memiliki kecenderungan kepada dunia. Inilah yang membuat mereka tenggelam dalam nafsu yang berujung pada kesesatan. Mereka tidak memikirkan akhirat, karena terjebak oleh kepentingan kesenangan dunia.

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. al-A’raf 7:175-176).

Akibat keengganan untuk belajar dan memahami bahwa nafsu digunakan dengan ilmu pengetahuan, membuat mereka disesatkan Allah. Dan mendapat ancaman tidak mendapat petunjuk. Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.( QS. ar-Rum 30:29).

2.       Mengikuti Tradisi Nenek Moyang

Tanpa mau merenungi warisan yang telah diberiakan nenek moyang, mereka menerima dengan menelan bulat-bulat ajaran yang penuh penyimpangan. Inilah yang membuat akal mereka terhambat untuk mendapatan petunjuk Allah. Mereka tidak memahami penyimpangan demi penyimpangan menyebabkan tradisi menentang petunjuk Allah. Sebagai mana dijelaskan dalam Ayat_Nya :Sesungguhya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaan sesat, lalau mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka. (QS. ash-Shafaat 37:69-70).
Pernyataan mereka tentang sikap mengikuti tradisi nenek moyang tanpa filterisasi juga dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah: Ayat 170.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
(Surah Al-Baqarah: Ayat 170)

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah', mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami'. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. al-Baqarah 2:170).   

Lebih dahsyatnya lagi ketika mendapatkan bukti yang nyata akan kekeliruan  teradisi nenek moyang mereka, mereka tetap membatah dan menentang lantaran ada sikap fanatik buta (taasub) yang mereka miliki. Bahkan dengan secara gamblang mereka menolak ajaran yang disampaikan dengan kebenaran.

"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: 'Sesungguhnya kami mendapati bapa-bapa kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.'' (Rasul itu) berkata: 'Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapa-bapamu menganutnya? Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya’. Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." (QS. Al-Zukhruf 43:23-25).

Masih bayak penjelasan diayat yang lain dalam masalah ini seperti; Az-Zukhruf 43:22, Al-Baqarah 2:170, Yunus 10:78, Al-Anbiya' 21:53, Luqman 31:21-23, dan lain-lain.

3.   Mengekor dengan Kebanyakan Orang

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah ..." (QS. al-An'am 6 :116).

Faktor lain terjadi kesesatan dalah taklid buta kepada kegemaran kebanyakan masyarakat tanpa menimbang baik buruknya. Lantaran mementingakan untuk diterima masyarakat umum sebagai segala-galanya tanpa dikritisi. Padahal bayak yang berlawanan dengan syariat. Mereka takut jika mengingkari dan tidak ikut serta dalam kebiasaan buruk yang membudaya akan dijauhi masyarakat. Mereka membenarkan yang sudah umum, padahal kebenran tidak dapat diukur dengan jumlah melainkan diukur dengan kebenaran yang datang dari Allah melalui firman-firman-Nya. Namun ketundukan kepada aturan pasar lebih utama kepada aturan Allah. Biasanya juga mereka ikut serta menentang yang akan menyapaikan petunjuk Allah.

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. az-Zumar 39:36)

Kemudian ada yang mempropaganda masyarakat untuk mempertahankan zona aman agar tetap berada pada kebiasan yang telah lama mengakar dan diikuti banyak orang. Mereka mengunakan retorika-retorika yang meyakinkan dan mudah ditiru namun sangat meyakinkan.

(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS. an-Nahl 6:25).

Mereka lebih takut kepada masyarakat dibanding Allah, diperparah mereka justru ikut menentang. Bahkan menyebarkan kesesatan baru. Dengan terus mencari pembenaran akan kesesatan mereka.
Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata".(QS  Al-Ahqaf 46:32).

Justru bahaya mengintai mereka jika tidak berhenti dari kezaliman dalam: perkataan, perbuatan dan penolakan terhadap petunjuk Allah.

4.   Mengekor Kepadapemimpin yang tidak Mendapat Petunjuk Allah
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak). Sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir, mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.(QS Saba’ 34:33).

Ketakutan mereka kepada pemimpin yang salah jalan, serta mereka percaya dengan kesesatan pemimpin mereka. Kemudian membuat mereka lebih berani menolak yang menyampaikan kebenaran. Dan yang terjadi justru ikut menyiksa sesama kaum lemah dan menindas yang memilih jalan kebenaran.

Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul... (QS. al-Isra' 17: 15).

Maka ketika datang petunjuk Allah melalui para nabi atau yang mengikuti ajaran para nabi tidak ada alas an lagi ketika diakherat kelak mengelalak dari kekufutan mereka. Kebnayakan yang menjadi alasan adalah kalau pemimpin salah maka yang menaggung dosa pemimpin. Ayat dibawah ini menjadi jawabanya :

وَاتَّقُواْ يَوْماً لاَّ تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئاً وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ

Dan takutlah terhadap (azab) hari (akhirat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membantu orang lain sedikitpun, dan tidak (pula) diterima syafa`at dan (juga) tidak berlaku tebusan daripadanya, serta mereka tidak akan ditolong. (QS. al-Baqarah 2: 48).

Pemimpin mendapat dosa karena menyesatkan. Sementara yang pengikutnya dapat dosa karena ridho untuk memilih kesesatan setelah datang buktinyata.

5.   Hidup Dalam Kebimbangan anatara Iman dan Kufur
Sikap ini menyebabkan mereka terjebak dalam kemunafiakan(hipokrit). Ingin untungnya dan enaknya saja (oportunis). Banyak berdusta,  cari aman, dan selalu ikut siapapun yang menang (pragmatis).

Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): Tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (QS. an-Nisa' 4:143)

Sikap yang tidak jelas dari orang muanfik akan membuat mereka cenderung kepada kemurtadan yang sebenarnya ketika menemukan yang dianggap lebih menguntungkan. Inilah peringgatan Allah kepada mereka.

Katakanlah:" Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaithan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.". (QS. al-An'am 6:71).

B.  Tanda-Tanda Orang yang Disesatkan

Penting bagi kaum Muslimin mengetahui tanda-tanda orang yang disesatkan Allah. Sebagai peringatan dan pelajaran untuk kita. Dan memahami ayat Allah dikehidupan nyata sangat jelas sekali. Namun perlu diperhatikan, berhati-hati menghukumi kafir sesama Muslim. Selain itu tidak baik menghardik kafir orang kafir terlebih sampai menfatwa ahli neraka, atau bahakan menghardik penghuni kekal neraka jahanam. Tugas kita yang pertama mendakwahi mereka, jangan terpancing hawa nafsu, semua karena mencari ridho Allah. Mereka sudah jelas kafir, hanya membuang energi jika hanya untuk menghujak, sebisa mungkin  kontrol emosi perlu keakuratan dalam menfonis. Kita juga tidak dapat menghukumi seseorang penghuni neraka, karena itu hak Allah. Kita menjelaskan akibatnya. Dapat saja hari ini dia pembenci Islam, besok bertobat dan lebih alim dari kita. Untuk itu langsung saja kita urai.

1.      Melihat Keburaukan Mereka  sebagai Perbuatan yang Baik
. Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. Al Fathir 35:8).

Mereka yang telah tersesat akan menganggap perbuatan buruk yang mereka lakuan adalah baik. Tidak heran jika banyak kita jumpai penentangan keras yang mereka lakukan. Mereka menggunakan berbagai alasan untuk melakukan pembenaran atas kekafiran, kemunafikan, kefasikan dan kefajiran mereka.

 2.Tidak Akan Beriman Sedahsyat Apapun Kebenaran yang Mereka Lihat
Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka' dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu (yg mereka inginkan), mereka tdk juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran). (QS. al-An'am 6:111).

Kebenaran Al quran, mukzijat nabi, peristiwa alam atau segala bentuk  petujuk yang Allah berikan tidak akan membuat luluh orang yang telah disesatkan Allah. Mereka merasa enggan untuk menerima kebenaran bahwa keyakinan mereka salah jalan dan banyak terjadi penyimpangan. Mereka terus membantah dan mengingkari. Serta terus pada kesesatan. Nauzubillah.

3.Sekalipun Ada Suatu Kaum yang Dibinasakan / Azab Tidak Membuat Mereka Beriman

Atau Apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negri setelah (lenyap) penduduknya ? Bahwa kalau Kami menghendaki pasti Kami siksa mereka Karena dengan dosa-dosanya; dan Kami MENGUNCI hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran). (QS. al-Araf 7:100).

Mereka terus mengingkari. Bahkan membuat mereka melakukan kemaksiaatan. Seperti di era sekarang, bencana alam digunakan untuk pencitraan atau bahkan lahan korupsi. Bukti bukanya membuat mereka kembali namun jusrtu menjadi motivasi untuk melakukan kemungkaran yang lain. Nuazubillah.

4.Tidak Mampu Mencerna Petunjuk Allah Lagi
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: " Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? ". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.( QS. al-Baqarah 2:26).

Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu akan petujuk Allah. Inilah yang menyebabkan mereka terus berada dalam kesesatan. Al Quran mereka abaikan. Kitab mereka pun diacuhkan maka tidak akan pernah menemukan keganjalan. Kemudian petuah dari tokoh agama mereka diterima begitu saja tanpa pernah untuk mencerna secara keritis.
Kesimpulanya : Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. .( QS. al-Baqarah 2:7). Ini yang menyebabkan mereka tersesat. Tidak tahu dan tidak mau tahu, terus membantah, sekali mendapatkan bukti nyata engan utuk menerima.

C.  Akibat selanjutnya dari Kesesatan

1.   Diberi  Peringatan atau tidak Diberi  Peringatan Tetap Kufur
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tdk memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga (yasin 36:10).
Ribuan petunjuk Allah telah mereka dustakan. Hal inilah yang menjadikan mereka kebal dari segala bentuk peringatan yang disampaikan para pendakwah.

2.   Didoakan  atau Tidak Didoakan Tetap Kufur
(sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan mereka. Yang demikian itu karen mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS. At Taubah 9:80).

Maka tidak perlu berlebihan mendoakan orang kafir samapai shotat tahajud dengan banyak rekaat dan bermalam-malam. Karena hati mereka telah membatu dan telah disesatkan Allah swt. Maka akan sulit untuk menyadarkan mereka.....Demikian Allah mengunci hati orang-orang kafir (QS. al-Ar’af 7:101).

3.  Mendapat Azab Secara Berangsur-Angsur
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.

Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan." (QS. al-Araf 7:182-186).

Mereka merasa aman dariazab Allah,namun secara berangsur-anggsur akan mendap azab.

4.   Mendapat Kesukaran Dunia dan Akhirat

 “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS. Thaahaa 20:124-126).(Yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk(QS. al-Mu'min 40:33).

D.  Gelar Untuk Orang Yang Disesatkan Allah
 Kemudian dari kesesatan mereka berdampak dengan diberikan gelar oleh Allah swt. dengan gelar yang sangat menghinakan. Untuk merendahkan mereka yang kafir dan menutup hati. Sebagaimana firmanya;

"Sangat buruk perupamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; mereka menzalimi diri sendiri. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yg mendpt petunjuk; dan barang siapa yg disesatkan Allah, maka merekalah yg rugi (QS. Al Araf  7:177-178).

"sesungguhnya mahluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yg tuli dan bisu (tdk mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti. Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dpt mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling, sedang memalingkan diri. (QS Al Anfal 8:22-23).

Sangat wajar mereka Allah sesatkan, ketika mendapat petunjuk mereka berpaling. Dan setiap dapat kesempatan menjadi orang selamat, mereka berpaling.

Selain sepeti dijelaskan diatas ungkapan binatang bergerak yang tuli, bisu dan buta menjadikan mereka bebal untuk diberikan peringatan. Maka sangat sukar siapapun yang memberi peringatan kepada mereka. Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti (penggembala) yg menaiki (binatang) yg tdk mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu, dan buta maka mereka tdk mengerti (QS Al Baqarah 2:172).

Kemudian mengapa mereka dikatakan tuli, bisu dan buta? Ayat dibawah ini jawabannya.

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tdk digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tapi) tidak digunakanya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tdk dipergunakannya unt mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah yaitu orang-orang yang lengah (QS. Al Araf 7:179).

 فَإِنَّہَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَلَـٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al Hajj 22:46).

Sekali lagi saya jelaskan bahwa hakikatnya yang menyebabkan mereka tersesat adalah diri mereka sendiri. Merekalah yang menyalahgunakan kehendak bebas dari Allah mereka gunakan untuk memilih kesesatan bukan untuk memilih  keimanan.

Maka Mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah Telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri?apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang Telah disesatkan Allah? barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.(QS. An-Nisaa' 4:88).

Sesungguhnya Allah tdk menzalimi manusia sedikitpun, tetapi manusialah yang menzalimi dirinya sendiri (QS. Yunus 10:44).

 Maka kita tidak perlu memperdebatkan dalam menyikapi mereka. Yang masih mau mendakwahi mereka bertujuan untuk mencari pahala dan ridho Allah dari mendakwahi mereka, atau untuk membungkam hujatan mereka. Dan yang meninggalkan mereka karena tidak mau membuang banyak energi karena hendah fokus kepada masalah lain yang lebih penting. Selain itu pula kitakembalikan kepada Allah swt.

“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al Insan 76:3) “... dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura 42:52). Allah secara umum telah memberi petunjuk, kemudian melalui rasullah dan pengikutnya menyampaikan kabar gembira dan peringgantan kepada mereka.  Namun tentu ada yang menolakdan menerima.

Allah berfirman, "Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja dan memaksamu untuk beriman). Tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan."(QS. an-Nahl 16:93).

Allah swt dapat saja membuat seluruh manusia beriman. Namun Allah hendak mencari hamba yang paling taat. Atas dasar tersebut Allah memberi kehendak bebas. Maka sangat sulit untuk menjadikan setiap orang yang kita peringatkan akan mengikuti. Semua kembali pada diri kita masing-masing untuk mendapatkan Ridho-Nya dan berjuang menjadi hamba yang terbaik.

E.     Sikap dalam Dakwah
Melihat faktor penyebab mereka disesatkan diatas, perinagatan bahwa kita tidak akan mampu memberi petunjuk mereka yang telah disesatkan Allah. Mereka dibiarkan terombang ambing didunia sebagai mana binatang melata.

Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, makat tdk ada yg mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang ambing dalam kesesatan (QS. Al Araf  7:186).

Dijelaskan juga dalam ayat_Nya :

Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang engkau cintai, melainkan Allah memberikan petujuk kepada siapa saja yang dikehendaki. (QS. Al-Qashash 28: 56)
Sekalipun itu orang yang kita cintai jika telah disesatkan kita tidak dapat  memberi petunjuk. Sebagaimana kisah nabi Nuh as dengan anaknya dia ayat berikut ini :

“Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk orang-orang yang jahil.”(QS. Hud 11: 45-46)

Kewajiban kita sekedar menyampaikan dengan cara sebaik mungkin, tidak memiliki kewajiban merubah mereka. Kembali lagi pada dirinya apakah mau menrima petunjuk atau tidak dan  hidayah hak perogatif Allah.

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS Al-An'am 6:125)

Bukan kewajibanmu (muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tapi Allah-lah yang meberi petunjuk kepada yang Dia kehendaki. Apa pun harta yg kamu infakan, maka (kebaikan) unt dirimu sendiri. Dan jangan kamu berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan apapun yg harta yg kamu infakan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).(QS Al Baqarah 2:272).

Dan penegas orang beriman hanya menyampaikan peringatan adalah: "orang-orang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas dosa mereka; tapi (berkewajiban) mengingatkan agar mereka (juga) bertakwa"(QS Al-An'am 6:69). Juga ditegaskan kembali "Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan (Nya). Dan kami tdk menjadikan emgkau penjaga mereka; engkau bukan pula pemelihara mereka’’ (QS Al-An'am 6:107).

Selain sepeti dijelaskan diatas ungkapan binatang bergerak yang tuli, bisu dan buta menjadikan mereka bebal untuk diberikan peringatan. Maka sangat sukar siapapun yang memberi peringatan kepada mereka.Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yg kafir adalah seperti (penggembala) yg menaiki (binatang) yg tdk mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu, dan buta maka mereka tdk mengerti (QS Al Baqarah 2:172).

F.   Doa Agar Terhindar dari Kesesatan

Ada pula doa agar senantiasa mendapat petunjuk dan dihindarkan dari kesesatan:(mereka berdoa) "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi" (QS. AliImran 3:8).

G.  Kesimpulan dan Hikmah
Jadi orang mendapat petunjuk Allah karena hatinya melapangkan diri terhadap firman Allah. Yakin itu baik untuknya, dan tidak membebaninya. Dan orang yang disesatkan Allah karena kesombongan, keingkaran, kebodohan, dan dia sendiri menjauhkan dari petunjuk Allah swt. Karena pada hakikatnya perintah Allah itu sanggup dilakukan orang beriman sebagaiman firman-Nya :"Dan orang-orang beriman serta mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupanya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal didalamnya, " (QS. al-A’raf 7:42).

Kemudian hikmah yang kita dapat dari pembahasan ini adalah : agar kita menjadi lebih bersyukur atas nikmat Iman Islam yang Allah berikan. Kemudian mengambil pelajaran betapa mengerikan kekufuran itu, serta menjadi pelajaran untuk terus berintropeksi diri. Selain itu mendorong kita untuk terus bersabar ketika mendakwahi mereka, karena yang kita cari keridhoan Allah. Dan berdakwah dengan tulus iklas, sabar serta kegigihan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah(tawakal). Karena kita tidak akan mampu merubah kalau yang didakwahi tidak mau berubah, dan menyadari hidayah prerogatif Allah.

H.   Penutup

Al Quran banyak sekali membahas ciri-ciri dan keadaan mereka yang telah disesatkan oleh Allah. Mari kita terus cermati pesan-pesan yang ada dalam kandungan Al Quran. Kawanku, semua itu Allah tetapkan ada sebab dan akibat. Lantaran mereka tidak mau mendengar seruan dan peringatan dari Allah, rasul dan umatnya, namun justru peringatan tersebut membuat kaum kufar menampakan reaksi yang semakin hari semakin kufur, maka  membuathatinya semakin keras. Sehingga sangat jelas hal imi yang menyebabkan mereka disesatkan Allah. Selain itu orang yang selalu mengabaikan petunjuk Allah menyebabkan mereka terus tersesat. Karena semua nikmat iman juga atas karunia Allah. semoga kita itsiqoh dijala-Nya.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai yg mereka kerjakan (QS. Al A’raf 7:96).

"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqan 25:43-44).

Waullahualam bisowab, semoga kita senantiasa dibukakan pintu hati menerima kebenaran.

catatan :
Inspirasi dari perenungan Al Quran dan pelbagai sumber yang membahas ayat yang berkaitan dengan tema.


Sabtu, 14 Februari 2015

Lord of All Gods in the Earth "Messiah of the Messiah" throughout Religion in the World

Messiah (derived from the Hebrew word Mashiah) means "the anointed one". In the Greek, the term messiah roots of the Jewish understanding of a character in the future that will come as a representative of God to bring salvation to the people.While in Islam, there is the messianic concept in the Islamic understanding of God's representative is the Prophet who will come on the day of judgment to defeat Dajjal (Antichrist). THE SPIRITUAL KING The Indonesian Messiah is 'Satria Piningit means HIDDEN KSATRIA' called Khidr "The Green", Khidr is the Imam Mahdi, Lord of All Gods "Messiah of the Messiah" throughout Religion in the World in the World in the Age of VS Dajjal called Satria means KSATRIA HIDDEN as Kalki avatar (incarnation) of Vishnu as the god of Water VS Dajjal (Antichrist).


Satrio Piningit means "Hidden Knight/ Hidden Ksatria". He is a character of Jongko Joyobhoyo (Jayabaya Prophecies) in Javanese myths and he is a Javanese who would become a Great Leader of Nusantara and around the world from Java - Indonesia.

Joyoboyo term prediction equations with the sayings of the Prophet Muhammad * The emergence of Imam Mahdi preceded some marks as mentioned in the hadith:~ Al Mahdi will appear when many earthquake and many disputes, fighting and chaos. Al-Mahdi comes from my Ummah (Islamic / Muslim), which will be at reconciliation by ALLAH in one night. (Hadith. Ahmad and Ibn Majah). The Sufi Messiah: The Sufi Entering Khidr, the mysterious underground Teacher guide (cryptic nature / supernatural ) Islamic spiritual. 12th Imam Sufi version, according to the Sufis similar to al-Mahdi al-Muntadhar (Imam Mahdi) of the Sunnis.


"Hidden Knight" means Satrio Piningit which means he "Hidden Knight", Imam Mahdi means the Hidden Imam or leader Hidden (same with Satrio Piningit or Hidden Ksatria because Hidden Ksatria Satria is hidden Leader .... He is a character mentioned in the myth of Java and he is the person who will be the Java Great Leader archipelago and around the world of Java ... "and he will come from the east" .. meaning that he came from the east, (Indonesia is the Eastern Conference, the Imam Mahdi was named the Prophet Khidr. (Jongko Joyobhoyo - Jayabaya)

Al-Khidr "Green One" a man who has many names, among others:

The Green Man, spirit of the Greenwood, roves through the ages as Puck Robin, Robin Goodfellow, Robin Hood, Garland / Harvest King, Jack-in-the-Green, Herne, Bucca, Spanish Bosgou, German Woodwose, Sumerian Enkidu, Egyptian Osiris (The Great Green), moss-clad Tapio of Finland, Arcadian Pan, Dionysus, Roman Bacchus, Attis, or Rex Nemorensis. Welsh ancestors knew him as Atho, Ardhuu, Gruagagh, or Pwca (Puge in old Danish, Pukje in Norwegian), Thor, Mercury in Roman. God Hormux / God Hermes in Greece, Hidden Ksatria / Ksatria Nəbi in Azerbaijan (Azərbaycan).

 Legends about Khidr
 According to one of widely spread legends, Khidr served in the army of Alexander the Great and helped the great commander to find a spring of fresh water in the outskirts of Beshbarmag Mountain of Azerbaijan / Azərbaycan (according to the other version – it is in Middle Asia)

He is Tolkien’s Treebeard and The Knot Wisdom (Solomon’s Seal) of Morris Dancing. The Face in the Leaves peers from foliate heads or sprouting masks. The Koran honours Al-Khidir the Green One.

Further East he appears as Krishna or Rama / Vishnu, Vajrapani in Tibet, Sanat Kumara,Green Buddha in Asian, Peacock Angel in Syria and Iraq, Ancient Mayan, Aztec and Hopi Indian cultures celebrated him, eg. as Kokopelli (God of fertility and Music Makers), Wakan Tanka, Quetzalcoatl, "True White Brother" (Holy person / Saint)



End Times:
Prophesied time when present planetary civilization will end and new “golden age” will become reality. Many now believe that end of present millennium is so-called “end times”

The last of the Bodhisattvas is Maitreya (Khidr avatar Lord of Vishnu) who will descend on earth when the end of times is approaching, to lead all people to salvation.

KRISHNA The Hindu messiah Maitreya Buddhist (Khidr avatar Lord of Vishnu) mainstream messiah, while in Bali - Indonesia Krishna described have green skinned (in Arabic Green means Al-Khidr).


Khidr, Jhulelal, Khawja Khizr, Lal Sai, Uderolal, Varun Dev, Doolhalal, Zinda Pir

Name That Messiah!

~ "THE SPIRITUAL KING" The Indonesian Messiah: the twelfth century prophet named Khidr and are in Indonesia. Joyoboyo, predicts the coming of a great Spiritual King came after the occupation of the Netherlands and Japan, due to the political turmoil "Goro-Goro at the end of the dictatorship of Indonesia, Sukarno and Suharto.

~ The Sufi Messiah: Khidr, the mysterious spiritual guide Sufi version of Islam He is the twelfth Imam of the Shia and Sunni Muntazar

~ Islamic Messiah: (Sunni orthodox) Muntazar: Successor to the teachings of Muhammad (Islam) at the 'end of time' that will unite all the races of the world and He is Khidr.

~ The Christian Messiah: Here Khidr act as Saint George or warrior saints / or other holy Saint Theodore (Theodore of Amasea).

Henry Corbin writes: "Khidr is a ruler without a master, because it shows the truth to all the people who came

Abdullah Yusuf Ali as allegory St. Paul in his letter to the Hebrews say that Melchizedek was Khidr, parallel with Muslim views on Islamism, as one of the "Eternal Priest"; ie those who guide people through the ages of history. St. Paul say Khidr had "perfect wisdom, the wisdom of this world but not of the divine mystery, the secret" (1 Corinthians 2: 6). Khidr is the same secret wisdom of Solomon, which is initiated by God (Wisdom 8:43).

It should be noted that the fraction of Sufism Shia Imam Twelve identified Khidr with the Hidden Imam, one of which connects heaven and earth, intermediaries between man and the Almighty: the exact role of the Holy Spirit and the Logos, the role of the guard atavistik Peace and Justice.

~ The main Buddha Messiah: Maitreya (Here Khidr act as an avatar of Lord Vishnu as meitreya Buddha or Vajrapani or Green Tara, (Syamatara) which means it is Buddha Tara Green and White, (Sitatara) means Buddha White): the 'Unifying' World.

~ The Mahayana Buddhist Messiah (Here Khidr act as Vajrapani, Sanskrit, "Vajra in the hands of [her]") is one of the earliest-appearing Bodhisattva in Mahayana Buddhism. He was the protector and guide Gautama Buddha and rose to symbolize the power of Buddha): Amida: A great Bodhisattvas like Christ.

~ Japanese Messiah: Some sects of Buddhism and Shinto Japanese variant of Buddha Maitreya predicted (Here Khidr act as Fudo Myo-o Initially god Mahayana Budddist Acalanātha (अचलनाथ), whose name in Pali and then lowered Acala in Sanskrit means "move". + Natha '"protector, Acala put esoteric Buddhism (late 7th century, India) emerged after August 8, 1988 (8/8/88).

Shahristani said, the Prophet of the twelfth century, the Prophet Khidr is believed to be the same person with the Buddha and even green Buddha, various Muslim scholars expressed the same opinion. Al-Khidr is Teacher of Moses. teaching Buddhism is technically Islam, and teaching Judaism is technically Buddhism.

~ The Maori Messiah: More than a dozen cheiftains Maori in New Zealand from the nineteenth through the early twentieth century. Here Khidr act as Tāwhirimātea (or Tāwhiri) god of weather, including thunder and lightning, wind, cloud and storm or Tangaroa (god of water or the sea god) in Māori mythology,

~ Messiah nomads in Central Asia: The White Burkhan which means it is the White Buddha. He will come when the people of the steppes have left their ancient gods (Russian Communists are atheists). He will come to offer them and all human beings born again spiritually. Here Khidr act as Tara White, (Sitatara) which means it is also known as the White Buddha compassion, long life, healing and serenity.

~ Jewish Messiah: "The" (sic) the Messiah. Messenger of Yahweh, the god of the Jews, who would restore them to their status as the Chosen People. Know the time has come when Israel is restored and rebuilt the temple of Solomon (interest in rebuilding the temple is at an all time high during the 1990s). Here Al-Khiḍr is also commonly associated with Elijah, even equated with him or Jeremiah.

~ Messiah (Hebrew: מָשִׁיחַ; Mashiah, moshiah, MASHIACH, or Moshiach, "anointed [one]") is a term used in the Hebrew Bible to describe the priests and kings, who were traditionally anointed with holy oil as described in Exodus 30: 22-25 / Prophet. For example, Cyrus the Great, king of Persia, though not Hebrew, referred to as "MASHIACH God" in the Bible.

Here Khidr act as Joshua (/ˈdʒɒʃuːə/) or Jehoshua (Hebrew: יְהוֹשֻׁעַ Yĕhôshúa or Hebrew: יֵשׁוּעַ Yĕshúa; Aramaic: ܝܫܘܥ Isho; Greek: Ἰησοῦς)The English name Joshua is a rendering of the Hebrew language "Yehoshua", meaning "Yahweh is salvation",  in Greek Joshua is called "Jesus son of Naue" (τοῦ Ναυή) to differentiate him from Jesus Christ.

In rabbinical literatureIn rabbinic Jewish literature Joshua is regarded as a faithful, humble, deserving, wise man. Among the early Church Fathers, Joshua is considered a type of Jesus Christ.

Although Joshua was regarded by some classical scholars as the prophetic successor to Moses, others see him as a pious man Al-Khadir is a pious manThe Messenger of Allah (sal Allahu alaihi wa sallam) said, “(They went ahead until) they found a small boat which used to carry people from this side of the sea to the other side.

The crew recognized Al-Khidr and said, ‘The pious slave of Allah.’ The boat men said, ‘We will not board him with fare.’ Al-Khidr scuttled the boat and then plugged the hole with a piece of wood.” [Sahih Bukhari]According to Ann E. Killebrew, "Most scholars today accept that the majority of the conquest narratives in the book of Joshua are devoid of historical reality".The question of the degrees of conquest and/or assimilation may not be answered with certainty, as both sides cite a large body of archaeological and other evidence.

Elia.jpg
Khid'r and Elijah

Although Khidr is not mentioned in the Quran, Muslim exegetes identify him as the "servant of God" mentioned in Q 18:65. The story of Moses and Khidr is widespread in Muslim and Jewish stories of the medieval period.

Khidr is also associated with immortality and fertility. These are also attributes given to Elijah who is mentioned in the Quran. It is also reported that Elijah and Khidr meet every uear during the month of Ramadan in Jerusalem, that they perform the Pilgrimage together every year, and that they drink from Zamzam enough to keep them until the next year. It is also said that they meet in Arafat each year.

~ The Hindu Messiah: Kalki In Hinduism, Kalki (Devanagari: कल्कि; which means 'Eternity,' 'White Horse', or 'Destroyer of Filth') is the latest incarnation of Vishnu in Mahayuga today, is predicted to appear at the end of Kali Yuga (Khidr avatar of Lord Vishnu as Krishna). Last incarnation will emerge from the east.

~ The Shiite Messiah: The Twelfth Imam: the end of the religious leaders of the Shiite sect of Islam. He (Khidr) did not die, but will reappear before the Day of Judgment to prove all the truths of the word of ALLAH found in the Qur'an.

~ The Zoroastrian Messiah : Saoshyant: As Zarathustra (Khidr as Sraosha or Sorūsh), he is scheduled to arrive in the twelfth millennium Zoroaster (AD 2000). Khidr as Pir e Sabz. In Sabz Persian term meaning 'green' and pear means' sacred '' Kheer green means associated with Zoroastrian water goddess Anahita,  Khidr or "Varun" is one of the 101 names of Ahura Mazda, which means "Liberator of the crime".

Paul Williams claims that some Zoroastrian ideas like Saoshyant influenced the beliefs about Maitreya, such as "expectations of a heavenly helper, the need to opt for positive righteousness, the future millennium, and universal salvation".

Possible objections are that these characteristics are not unique to Zoroastrianism, nor are they necessarily characteristic of the belief in Maitreya.It is also possible that Maitreya Buddha originated with the Hindu Kalki, and that its similarities with the Iranian Mithra have to do with their common Indo-Iranian origin.

Skanda has several names, including Murukan, Karttikeya, Kumara and Subrahmaya, peacock angel (Khidr).  Once one of the most siginificant deities in the Hindu panethenon of gods, he is now worshipped only in areas with Tamil influence, principally South India, Sri Lanka and Malaysia.

~ Eskimo Messiah: the prophets of the Arctic predict he became an olive-skinned man with a long beard and white hair who came from the East (Khidr known long white hair and beard).

~ The Aztec / Maya Messiah: The Return of Quetzalcoatl - an olive-skinned man with a white beard and red followers. Here Khidr act as Kokopelli (Quetzalcoatl, Kokopelli is Khidr)

~ Hopi Messiah: Pahana "true white brother" (Holy person / Saint) of the East will wear a red cap and gown and carrying two assistants hold sacred symbols: The swastika, the symbol of the cross and the power of the Sun, He will restore the Indian version of Dharma. Here Khidr act as "true white brother"

Some experts have noted the similarity of the myth of Quetzalcoatl legend Pahana by Hopis northern Arizona. Has been described by experts many similarities between the myths of the Aztecs and the people of the American Southwest, and put the same root. Hopi describe Pahana as "Lost White Brother," and they are expected to eventually her from the east where he will destroy the wicked and start a new era of peace and prosperity.

Emerging Signs / coming of the Son of Man, Pahana in Hopi Land;

"" The True White Brother (Holy person / Saint) "carrying swastika (a masculine symbol of purity), and the sun sign (Sanat Kumara / Kalki / Saint George or Al-Khidr "the Green One"r).

~ Sioux Messiah: A man in a red robe who came from the East. Here Khidr acts as the Great Spirit / Holy Spirit, Wakan Tanka is Sanat Kumara, like Khidr

Sanat Kumara’s presence has been recognized in the Native American tradition as Wakan Tanka, the Great Spirit. In the Song of Hiawatha, Longfellow also refers to Gitche Manito (manitou) the mighty, the creator of the nations, a paternal figure who looks upon his children with pity and compassion, urging them to stop their feuding.

The Hopi tradition describes the gathering of 144,000 "rainbow warriors" or “sundancers” who will unite the earth. At that time, people will have their choice to accept or reject the Creator's plan for peace on earth. This is prophetically seen as the return of Quetzacoatl (Khidr) who in the ancient Mayan tradition is also the God of the planet Venus.

Great Spirit and the central figure in cosmology number of indigenous tribes of North America, especially among the Lakota. Wakan Tanka is similar to the role of the male figure and the Judeo-Christian Jehovah (Jehova like jeremiah, like Elijah "Yahweh" / "YHWH", in jews Elijah is Khidr) often called Grandpa.


Wankan Tanka "The Great Spirit" of Sioux

One of the more typical manifestation of Wakan Tanka is Thunderbird:

Thunderbird (like Thor from Norway or Norse or Norwegian, Thor Like hermes from greece, Hermes like Khidr) is really Wakan Tanka as the giver of Revelation, symbolized by the lightning.

Al-Khidr for the Alawis or Alawite (Syria) -  as well as for many other religions and sects - is one of God's righteous men; capable of performing miracles. According to the Alawi creed, he never dies and lives among mankind to spread Justice and Truth on earth until the end of time. He has extraordinary powers like controlling thunder and lightning. The popular portrayal of Al-Khidr as "the killer of the dragon with seven heads" finds parallels with similar characters in other faiths and creeds such as Al-Mahdi Al-Montazar (the hidden Imam) for the Shia'a in Iran and Saint George for Christians. This story is mostly derived from Mesopotamian myths of fertility and the circle of life, albeit with a dash of Islamic or Christian colouring.

Information taken from "Messiah" by John Hogue

Zarthushtra The Great.jpg
This is a rare portrait of Zarathustra, Basic teachings of Zarathustra is monotheism, ie worship only one God, Ahura Mazda

Khidr or Varun is one of the 101 names of Ahura Mazda. In another form he is shown standing on palla fish or lotus flower, holding a staff with both hands to show leadership. Hindu legend Jhulelal or River God has early historical or semi-historical in Sindh, a province in Pakistan. Faced with persecution and forced conversion, Hindus turned to Lord Varuna, Varun, Lal Sai, Uderolal, Doolhalal, Zinda Pir, the Prophet Khidr. In Indian miniatures, Khidr trip over the big fish, showing the image of the first avatar of Vishnu, Matsya: Fish that saves people.

Since the earliest times in the form of water and light locals have cult he (Khidr) as the protector of the River Sindhu (Indus-Pakistan). believed to be the incarnation (the holy gods and avatar) of Vishnu-Krishna and is known by various names such as: Khwaja Khizr (God of Water), Darya Shah, Uderolal, Jhulelal / Dulah lal, Sindhi / Urdu: جهوللال, Sanskrit: झूलेलाल, Lal Sai, Varun dev, Doolhalal, Dariyalal, Amarlal and Zinda Pir (Jinda or alive) and others (Dawani 2002: 63-64), referring to the two intertwined legends pliers in Sindh / Sindhu / Indus-Pakistan Ishta dev (Allah society), in Pakistan who brought Hindu and Islamic traditions in the field of popular folklore, which Ramdev hagiographical accounts describe as a Rajput warrior (god-saint-Krishn and Vishnu avatar). In the Vedic religion, Varuna (/ vɜrʊnə, vɑːrə - /; Sanskrit: Baruna वरुण, Malay: Baruna), is the God of Water and sky sea, and the god of the Law of the underwater world.

Makara is a horse. In Hindu mythology, the god Varuna continued considered all forms of the element of water, especially the ocean. Varuna and Mitra are the gods of social affairs including the oath, and often twin Mitra-Varuna (compound dvandva). Varuna is also twinned with Indra in the Rigveda, as Indra-Varuna (when they work together in the new year in the rebuilding of order).


Vajrapani (the one of the earliest-appearing bodhisattvas in Mahayana Buddhism. He is the protector and guide of Gautama Buddha and rose to symbolize the Buddha's power)

TIBETAN BUDHISM

Eventually the time will come for Maitreya (Khidr as Vajrapani the one of the earliest-appearing bodhisattvas in Mahayana Buddhism. He is the protector and guide of Gautama Buddha and rose to symbolize the Buddha's power) to appear as the fifth universal Buddha of this world age and turn the wheel of dharma for the benefit of all.


I (Khidr) made a name Tom Sam Cong and used by Tom Sam Cong as He name, in fictional / mythical version story of The legends of The Monkey King journey to the west that created by a fiction writer mythical version of Wu Cheng En. In the real story of the journey to the west, He have the original name of Xuan Zang (Hsuan Tsang) is not Tom Sam Cong (Tom Sam Cong role as a Buddhist monk in the story of the journey to the west)if you want to know Monkey King up the turtle to cross the river is Varuna / Varun Dev / Jhulelal (Khidr) both are equally Avatar (Incarnation) of Vishnu same with Avatar Kurma, the tortoise, appeared in the Satya Yuga (Incarnation of Lord Vishnu). according to Hindu belief, Varuna / Varun Dev / Jhulelal (Khidr) master the law of nature called Reta

Shahristani said, the Prophet of the twelfth century, the Prophet Khidr is believed to be the same person with the Buddha and even green Buddha, various Muslim scholars expressed the same opinion. Al-Khidr is Teacher of Moses. teaching Buddhism is technically Islam, and teaching Judaism is technically Buddhism.


Asian Green Man (Maitreya Buddha)

Al-Khidr "The Green" is Teacher of Moses. Teach Buddhism in technical Islam, and teach Judaism in technical Buddhism



Who is The Man from the East?

The Man from the East. According to the forecasters Nostradamus.
In the midst of the world's natural disasters and war, Nostradamus predicted that a great spiritual teacher, a man from the East, will be born who will be the scourge of religion obsolete and revelator of spiritual mysteries around the world. Quatrains dealing with "The long-awaited," The Wise Men of the East mentioned in C10 Q 75, is believed to be referring to the coming of Maitreya, the Buddha (Kalki Avatar), fifth verse 5 says: "He will come from Asia, at home in Europe, people are excluded from the "the Great Hermes." He will fly through the sky, rain and snow across and attack all innocent people with his stick [from Hermes, enlightenment]. (C10 Q 75, C2 Q29)

As has been said, Sufi initiation 'is one of the most important key to his genius. Hogue said that, so many sources for their extraordinary talent of the scholars of the Renaissance and the mystique that has never been revealed, such as Provencal prophet managed to keep their membership secret Sufi brotherhood. Although he was familiar with all the magic and the occult system of self-transformation to be known and the writings of Iamblichus, the alchemist Paracelsus and Cornelius Agrippa, Pythagorean and Kabbalistic Keys of Solomon, in the grip of a major source of Tantric seer and trance techniques underlying the prophetic vision during his meet the Sufi in his journey is in Sicily.

Island of Sicily has become the center of a powerful Islamic mystical activity since the thirteenth century, when the Crusaders Templar brought back to Saracens away from the wisdom gained in the East. By bringing together two opposite archetypes of the soul, the king and queen of the Lunar Solar (mind and heart), practitioners, so it is said, has led to the final destination, the birth of enlightenment '' DIVINE CHILD '.

"The fire of the sect will spread throughout the world ..." Then in the time of need the awaited one will come late. "(C5 Q96). Fontbrune has identified the rose with the symbol of socialism, the interpretation is quite valid; but the mystical relationship to roses is also the possibility contextual. As we shall see, in the terminology of the rose is a symbol of the Sufi Tantra and kundalini fire, spiritual love. Roses is important knight icon in the occult community Sufi inspired from the time, as it then was in Rosicrucianism.

Rose, lily and lotus is a traditional symbol of the chakra, and the Qadiri Order roses (ward in Arabic) is the epitome and symbol wird rhyming word, which refers to a method performed by the dervishes ecstatogenic members to open the heart chakra. 6 Symbols rose also has a sexual connotation, widely used in romance knight time, connecting with the energy of love from the heart awakened by initiation.

Rose into the current symbol with mystical warrior cult, a secret message from the initiation, dedication and metamorphosis information every aspect of medieval culture. He will appear in the UK with the red cross of St George, the Order of the Garter, the rose window of a cathedral in Europe and in the particular class or series of Masonic ritual. In the language of alchemy it represents the spiritual energy released during the fiery transmutation sorcerer's lab. Symbols roses can therefore be seen as almost synonymous with Sufism, Rosicrucianism as well. And referring to rose takes center stage of the world, and he probably will make a very significant statement about the new role of Sufism in modern times as a bearer of a special kind of mystical and esoteric spiritual awakening.

Not all researchers agree on this point, but Nostradamus mentions three negative influences (Dajjal) is expected before the millennium (C8 Q77) with men from the East, "the long-awaited" which will visit Western countries through the air. Men from the East (The Man from the East) that is AVATAR SIPIRITUAL.

He is the Avatar of Vishnu (Lord Vishnu)
Prophet Khidr is the Avatar of Vishnu

The quotation from the book forecasts work  of Nostradamus

Biography of Nostradamus
Born on 14, or 21 December 1503in Saint-Rémy-de-Provence, Provence, France, where his claimed birthplace still exists, Michel de Nostredame was one of at least nine children of Reynière (or Renée) de Saint-Rémy and grain dealer and notary Jaume (or Jacques) de Nostredame. The latter's family had originally been Jewish, but Jaume's father, Guy Gassonet, had converted to Catholicism around 1455, taking the Christian name "Pierre" and the surname "Nostredame" (meaning Our Lady, the saint's day on which his conversion was solemnised). Michel's known siblings included Delphine, Jean I (c. 1507–77), Pierre, Hector, Louis, Bertrand, Jean II (born 1522) and Antoine (born 1523).  Little else is known about his childhood, although there is a persistent tradition that he was educated by his maternal great-grandfather Jean de St. Rémy  — a tradition which is somewhat undermined by the fact that the latter disappears from the historical record after 1504, when the child was only one year old.

Kalki (Kalki in Devanagari: कल्कि; which means 'Eternity,' 'White Horse', or 'Destroyer of Filth') avatar Vishnu and Messiah (Imam Mahdi)

BACKGROUND: WHO IS MAITREYA?

Maitreya (pronounced my-TRAY-uh) is the personal name of the Head of the Spiritual Hierarchy, Who is known to esotericists as the World Teacher. Esotericists believe that He is the One expected by the world’s major religions as the Christ, the Messiah, Krishna, the Imam Mahdi, and Maitreya Buddha (Khidr avatar Lord of Vishnu). Principal spokesman Benjamin Creme and affiliated groups believe that the World Teacher ever returned to the everyday world in July 1977 and lives as an apparently ordinary man in the Asian community of London. From there He emerges.

A figure called the World Teacher, whose personal name is Maitreya, chief among the Masters of Wisdom, themselves a handful of “perfected men” who serve as guardians of a divine plan for Earth.

The return of the Masters, the return of the Maitreya, and the return of the Messiah, in which ever format, will then be welcomed by the Light workers who have been preparing the planet for the process.

Extracted from: Share International magazine on the Internet and Copyright 1996 The New York Times Company

What is the TIME OF REDEMPTION?
Collins Pocket Dictionary – redeem

1. buy back
2. pay off (a loan or debt)
3 free from sin
4. reinstate (oneself) in someone’s good opinion
5. make up for

Actually the action of Redemption would seem to have greater significance should those wanting to be redeemed, actually do something towards “buying back, paying off, freeing from sin, reinstating themselves in someone’s good opinion and make up for” all the ill advised actions they have made. This would give the Redeemer a good idea that there was some repentance, or desire to change or a greater awakening of consciousness. Surely a much better way to greet a returning Messiah.

To read more please click  .. The One