Senin, 30 Maret 2015

Nabi Khidir as memang masih hidup

Tidak terlalu sukar untuk mentafsirkan siapakah itu Khidr? meski ia diriwayatkan dengan serba seribu satu wajah, pada serba seribu satu Hadrat-Hadrat tertentu. Khidr itu bisa juga dianggap sebagai Nabi karena menjadi pemegang Sirr Nubuah, salah seorang muridnya yang paling awal adalah Nabi Adam AS. Khidir telah ada sebelum terciptanya Adam. Kalau Khidr nggak mengajar rahasianya “Hidup”, makanya Nabi Adam AS nggak bisa mengenali akan rahasianya alam.

Nabi Khidir AS itu telah ada sebelum Adam diciptakan. Kata Syeikh Ainullah : Ada pun Nabi Khidir AS itu adalah Guru Ghaib dari ke 24  Nabi-nabi Allah, kecuali Nabi Muhammad SAW,

Bukhari, Ibn al-Mandah, Abu Bakar al-Arabi, Abu Ya’la, Ibn al-Farra’, Ibrahim al-Harbi dan lain-lain berpendapat, Nabi Khidir a.s. tidak lagi hidup dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya saja, yaitu sebagaimana firman Allah:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

“Kami tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi.” (al-Anbiya’: 34)

Hadith marfu’ dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi.”

Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’ dan ahl al-šalah (orang-orang saleh), semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fath al-Bari menyanggah pendapat orang-orang yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadith yang tersebut di atas, yaitu uraian yang menekankan, bahwa Nabi Khidir a.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus (dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadith di atas.

Mengenai itu kami berpendapat:

1. Kekal berarti tidak pernah mati. Kalau Nabi Khidir a.s. dinyatakan masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia tidak termasuk dalam pengertian ayat al-Qur’an yang tersebut di atas selagi ia akan wafat pada suatu saat.

2. Kalimat ‘di muka bumi’ yang terdapat dalam hadith tersebut, maksudnya adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi Khidir a.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk ‘bumi’ yang disebut dalam hadith di atas, karena ‘bumi’ tempat hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.

3. Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir a.s. Demikian menurut pendapat Ibn Umar, iaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahwa Nabi Khidir a.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu-satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir a.s.

4. Apa yang dimaksud ‘yang masih hidup’ dalam hadith tersebut ialah: tidak ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya. Itu memang benar juga.

5. Ada pula yang mengatakan, bahwa yang dimaksud kalimat tersebut (yang masih hidup) ialah menurut keumuman (ghalib) yang berlaku sebagai kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan menyimpang dari kaedah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang-orang India dan orang-orang dari penduduk Eropah Timur.

Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru.
Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Tegasnya, Nabi Khidir a.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya, mengingat kekhususan sifatnya.

Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia dengan jasadnya yang baru (mutajassidah). Itupun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi Khidir a.s. masih hidup atau telah wafat, berkesimpulan sama; yaitu: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani). Jadi, soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir a.s. atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi Khidir a.s. yang menjadi pembicaraan ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi.

Silakan lihat kitab Ušul al-Wušul karya Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim, Jilid I, Bab: Kisah Khidir Bainas-Šufiyah Wa al-‘Ulama’. Dipetik dengan sedikit perubahan dari al-Hamid al-Husaini, al-Bayan al-Syafi Fi Mafahimil Khilafiyah; Liku-liku Bid‘ah dan Masalah Khilafiyah (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1998, m.s. 488).

Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, al-Maktub al-Awwal, dari koleksi Rasail al-Nur.

Nursi menjawab satu persoalan…adakah Sayyidina Khidr masih hidup?
Nursi menjawab ya…karena ‘hayah’ itu 5 peringkat. Nabi Khidr di peringkat kedua.

5 Peringkat ‘hayah’ itu ialah:

1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.

2. Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka bisa berada di banyak tempat dalam satu masa. bisa makan dan minum bila mereka mau. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya ‘hayah’ di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam ‘walayah’ ada dinamakan maqam Khidr.

3.Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.

4.Peringkat ini pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah peringkat kehidupan ini.

5.Dan yang ni Hayah atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal

Di antara para komentator besar dan ulama hadis-hadis yang menyatakan bahwa Khidr (as) masih hidup adalah:

• Sarjana hadits terkenal Sheikh al Islam Takiyuddin Abu Omar Ibn as-Shalah,
• Pelestari hadits besar Ibn al-Hajar Askalani,
• Sarjana pelestari hadits besar Kamil Al-Hafidh Abu Jafar Tahawi
• Pemuka agama dan pelestari hadits terkenal sarjana hukum Imam Suyuthi Jalaladdin,
• Imam Rabbani,
• Komentator besar Ibnu Katsir,
• İsmail Hakki Bursevi, penulis Commentary Ruhu'l Beyan dan
• Sarjana besar Islam Bediuzzaman Said Nursi.

Ini adalah bagaimana Ibn Kathir menyatakan bahwa Khidir (as) masih hidup: "Ada kesepakatan di antara mayoritas ulama bahwa Khidir (as) hidup sekarang. Ada banyak laporan dan saksi yang telah melaporkan referensi dan hadits bahwa hal ini terjadi. "(El-Bidaye Ve-n Nihaye, 1/328)

Menurut berbagai tradisi. Al-Chidhr (al-Khidr), beberapa orang percaya bahwa Imam Mahdi adalah Khidr.

Wallahhua’lam. Subhanaka la ‘ilma lana innaka antal ‘alimul hakim












Tidak ada komentar:

Posting Komentar